JAKARTA (Pos Kota) – Aksi nekat rakyat jangan dianggap remeh. Harus
diwaspadai penguasa saat ini. Adanya seorang pria membakar diri di depan
Istana Merdeka, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat merupakan simbol
dan kenekatan yang ngegirisi (luar biasa).
Hal ini ditegaskan anggota Dewan Pembina Partai Gerindra. Permadi,
Kamis (8/12) petang. “ Bakar diri itu merupakan bentuk protes kepada
penguasa.
Apalagi ini masih bulan Suro. Dalam perhitungan Jawa, pertanda
akan ada goro-goro, “ kata Permadi.
Mantan politisi PDIP ini menambahkan, aksi itu juga bisa jadi simbol
kegelisahan rakyat akibat tekanan ekonomi. “Hanya mereka yang dekat
dengan kalangan Istana saja yang senang. Sedangkan rakyat jelata makin
sulit. Mereka dihimpit kesulitan ekonomi, ” ujarnya.
Apa yang dikatakan Permadi diamini oleh Mantan Menko Ekuin era
Presiden Gus Dur, Dr. Rizal Ramli. Pakar ekonomi ini sepakat bahwa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus hati-hati dan mawas diri.
Sebab, bukan tidak mungkin kekuasannya digoyang people power (kekuatan
rakyat) menyusul aksi bakar diri seorang pria itu.
“Aksi bakar diri depan Istana Merdeka bisa menyulut people power
seperti yang terjadi di Tunisia. Negara ini memang penuh tragedi,
terutama di era pemerintahan SBY,” papar Rizal Ramli saat dihubungi
kemarin.
Menurut Rizal, rakyat sudah tidak tahan menangung kesulitan ekonomi
hingga menangis darah. Mereka menginginkan perubahan seperti dihembuskan
di Afrika Utara dan Timur Tengah. Rakyat yang semakin kritis dan
terjepit sudah ogah dibohongi lagi.
Rizal menyamakan aksi pria itu dengan bakar diri pedagang sayuran,
Muhammed Bouazizi, 26, Desember tahun lalu di Tunisia. Aksi menyulut
gelombang massa dan berhasil menumbangkan penguasa Tunisia, Presiden
Zine al-Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa 23 tahun. “Itu gerakan
rakyat pertama yang menjatuhkan penguasa.”
Aksi bakar diri di Indonesia, katanya, hanya ada di era Presiden SBY.
Pemerintahan sebelumnya tidak pernah ada. “Kenapa era SBY terjadi,
karena rakyat sudah muak dengan pencitraan kolega SBY.”
Selain di Tunisia, kata Rizal, aksi bakar diri juga menginspirasi
orang yang haus perubahan di negera lain. Di Mesir, pria misterius
membakar dirinya sendiri pada 17 Januari lampau di depan gedung
parlemen. “Aksi itu menjatuhkan Presiden Hosni Mubarak.”
Rizal sendiri mengaku tidak tahu motif pria yang membakar diri di
depan Istana tersebut. “Memang masih gelap motifnya termasuk
identitasnya,” ucap Rizal. Tapi, katanya, pemilihan lokasi di depan
simbol negara adalah sinyal politis. Dan ia sadar betul dengan pemilihan
lokasi sebagai bukti ada persiapan.
MASIH KRITIS
Secara umum, kasus bunuh diri di Indonesia termasuk tinggi di Asia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, tahun 2005 ada 50 ribu penduduk
Indonesia yang bunuh diri. Di Jakarta, berdasarkan data dari Polda Metro
Jaya, tahun 2009 kejadian bunuh diri di Jakarta mencapai 165 kasus. Dan
pada 2010 angka bunuh diri meningkat jadi 176 kasus.
Sebagaimana diberitakan, seorang pria yang tidak dikenal membakar
diri menyiram bensin ke tubuhnya di depan Istana Merdeka kemarin sore.
Pria dengan tinggi 170 Cm dan berat 80 Kg itu hingga kini masih kritis
karena lukanya mencapai 98 persen. Korban dalam perawatan di ICU Unit
Luka bakar RSCM. “Lukanya sangat parah sehingga pernafasannya pun harus
dibantu alat,” kata Dirut RSCM Akmal Taher.
Hingga kemarin identitas korban belum diketahui. Penjagaan terhadap
pria ini sangat ketat. Tidak sembarang orang bisa bertemu dengan korban.
Di luar RSCM, puluhan mahasiswa masih terus menggalang solidaritas
mendukung pria yang terbaring lemah tersebut.
Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Untung S Radjab, korban bukan
peserta demo dari perangkat desa. Kasat Reskirm Polres Jakarta Pusat,
Kompol Hengki Haryadi, saat dihubungi juga mengatakan hal sama. “Kami
berharap ada keluarga yang mengenalinya,” katanya. (aby/deny/edi/b)
sumber
No comments:
Post a Comment